THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 02 Maret 2009

Jalan Dakwah……..

Jalan dakwah adalah jalan panjang perjuangan, jalan yang penuh rintangan, penuh hambatan, tekanan dan tribulasi-tribulasi lainnya, sehingga banyak para pejalan dakwah yang tadinya bersemangat berlari di jalan ini, kemudian pelan-pelan melambatkan larinya, kemudian dia berjalan sampai dia kelelahan di jalan ini dan akhirnya mengundurkan diri dari jalan, yang sebenernya tujuan akhirnya sangat indah, dakwah ini. Entah kelelahan itu, karena kelelahan hati karena “dikhianati”, dikecewakan oleh keputusan-keputusan yang tidak mengenakkan atau karena mereka melihat para pejalan dakwah lain yang tidak sesuai dengan idealita, entah karena terlalu cinta dunia, entah karena mereka kelelahan karena tak pernah “berhenti sejenak”, atau para pe-lelah ini tadinya menganggap ringan jalan ini, atau mungkin juga mereka ada di jalan ini karena ingin ngetop atau mencari popularitas, sehingga mereka juga ikut-ikutan berjalan di jalan ini, tapi, di tengah jalan mereka tidak kuat menempuh perjalanan kemudian akhirnya roboh juga di jalan ini.

Dan masih banyak sebab-sebab lain yang mungkin, jika terus ditelusuri hanya akan menambah permasalahan hingga, sekali lagi mungkin tak ada solusi yang memadai untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Sebenarnya, langkah pertama yang harus kita lakukan agar kita tidak roboh dalam perjalan mengarungi jalan panjang ini adalah memeriksa diri kita terlebih dahulu. Apakah niat kita masih lurus ? apakah ibadah-ibadah yaumiyah kita tidak menurun ? apakah amalan unggulan kita masih kita lakukan ? karena mungkin, jika kita mulai penat akan perjalanan ini, boleh jadi, diri kita sendirilah yang bermasalah, bukan karena pejalan-pejalan lain yang membuat kita penat dan kita merasa merekalah yang seharusnya salah, karena berjalan tidak sesuai track-nya. Tapi, sadarkah kita bahwa memang seharusnya kitalah yang terlebih dahulu mengevaluasi diri kita sendiri. Kemudian, jika kita telah me-muhasabah-I diri kita, tapi, kita terus merasakan “ketidak enakkan hati”, dalam berjalan maka, kita diperbolehkan berhenti dulu sejenak, untuk men-charge baterai kita, atau bahkan meng­-install ulang “software-software” kita. Kita tidak berhenti selamanya, hanya berhenti sejenak untuk memikirkan kembali, apa yang harus kita lakukan dan bekal apa yang harus kita bawa dalam meneruskan perjalanan. Setelah, kita mengevaluasi dan berhenti sejenak, saatnya kita berbaur kembali dengan yang lain. Terakhir jika kita masih menemukan atau melihat saudara-saudara kita di jalan ini, sedikit menyimpang dari track atau kita merasa dia memerlukan nasihat, kritik dan saran dari kita untuk menempuh jalan ini maka, sampaikanlah (usahakan) dengan baik walaupun pahit tapi, sebenarnya nasihat, kritikan dan saran inilah yang menyembuhkan kita dan mereka yang berjalan di jalan panjang perjuangan penuh rintangan ini. Ibarat jamu yang tidak mengenakkan, tetapi menyehatkan bagi tubuh.

Berjalanlah, percayalah kau tidak sendiri !

Patahkan semua kecewamu

Patahkan semua kesedihan

Bersabarlah, karena tidak ada masalah di luar kemampuan kita

Bersabarlah, karena sabar pada orang lain adalah kasih sayang

Sabar pada diri sendiri adalah harapan, sabar pada orang yang kita cintai adalah ibadah

Sabar pada Allah adalah takwa, maka, bersabarlah ikhwah

Berjalanlah, percayalah kau tidak sendiri !

(Thufail Al Ghifari-Petunjuk Jalan, Inspired from Alm. Ust. Rahmat Abdullah dan seorang Syahid di tiang gantungan : Said Quthb)

Dipersembahkan untuk saudara-saudariku yang (mungkin) mulai lelah menapaki jalan dakwah, dari diri yang juga tidak lebih baik dari kalian. Tulisan ini hanya sekedar refleksi diri atas eksperiensi selama ini.

October 29th, 2007 by johanjoehahn

Selasa, 24 Februari 2009

GAZAKU MASIH MENYALA ..

Saudaraku…
Apa kabarmu di sana?
Kuharap tak seperti kami, di bumi Palestina...
Saudaraku...
Telah ratusan dari kami menjadi yatim piatu...
Tak ada lagi ibu yang selalu mendendangkan lagu sebelum kami tidur...
Pun ayah yang mengantarkan kami ke sekolah...
Saudaraku...
Telah ratusan dari kami kehilangan tempat tinggal...
Kami tak tahu, kemana kami harus pergi
Saat dinginnya malam kian mencekam
Pun ketika terik mentari memanggang kulit kami yang kerontang
Kami tak tahu, kemana kami harus berlari...
Saat rudal-rudal Israel berterbangan di atas kepala kami...
Mengincar tubuh-tubuh kecil kami...

Saudaraku...
Telah ratusan dari kami kehilangan pendidikan...
Bukan karena mahalnya harga kecerdasan itu...
Tapi karena sekolah-sekolah kami telah diratakan dengan tanah
Saudaraku...
Ribuan dari kami telah cacat...Luka-luka kami menganga di sana-sini...di sepanjang tubuh kami...
Tak ada obat-obatan...
Karena makanan pun masih menjadi barang yang langka dan jarang

Saudaraku...
Dan semua ini terjadi di depan mata kalian !
Semua ini terjadi di depan mata kalian !
Ibu kami dibunuh di depan mata kalian !
Ayah kami dibantai di depan mata kalian !
Darah kami membanjiri Gaza di depan mata kalian !
Lalu kenapa kalian masih diam ?!
Bahkan tak secuilpun kemarahan itu tampak di mata kalian...
Apakah karena tidak pentingnya kami bagi kalian ?
Bukankah kita bersaudara ?
Bukankah seharusnya kalian mencintai kami seperti diri kalian sendiri ?
Lalu mengapa luka kami tak terasa oleh kalian ?
Saudaraku...
Tentu saja tak terasa...
Karena kalian masih saja hidup tenang...
Sarapan dengan lauk telur dan ayam...
Sedang sarapan kami adalah kepahitan...
Tidur dengan selimut yang diberikan ibu kalian...
Sedang kami tidur dengan jasad ibu kami tersayang...
Tentu saja tak terasa...
Karena kedua tangan kalian hanya sibuk menggenggam pena dan kemunafikan
Sedang kedua tangan kami sibuk melawan tank-tank Israel dengan bebatuan
Bibir kalian basah dengan gosip murahan dan kebohongan
Sedang bibir kami basah dengan asma ALLAH...

Tentu saja tak terasa...
Karena saat masjid di negeri kalian menggemakan adzan...
Kalian masih saja sibuk dengan urusan perut...
Sedang kami...berusaha sekuat tenaga agar masjid kami tetap ada...
Tetap berdiri kokoh menyahutkan adzan yang kami rindu dan kami cinta...

Al-Aqsa...
Bukankah ia kiblat pertama kita ?
Tapi kenapa hanya kami yang memperjuangkannya ?
Dengan darah dan air mata yang tersisa...
Dimana kalian saat ia memanggil ?
Dimana ?!

Saudaraku...
Kalau memang tak setitik pun hati kalian tergerak...
Kalau memang tak secuil pun perhatian kalian terusik...
Biarlah...
Biar ALLAH saja yang menjadi pelindung kami...
Karena hanya pada-Nya segala do’a kami bermuara...
Karena hanya Ia yang peduli atas luka kami yang menganga..
Dan menyiapkan untuk kami...Jannah-Nya...

Intifadhoh_05
Saat tayangan di layar kacaku menyatu dengan
air mataku yang membisu

coz Allah knows..

Saat kau lelah dan usaha gagal
Allah tahu betapa gigih engkau berusaha
Ketika sekian lama engkau menangis dan batinmu menderita
Allah telah menghitung tangismu
Saat kau rasa hidupmu tak menentudan waktu terus meninggalkanmu
Allah menunggu bersamamu
Ketika kau kesepian dan kawanmu terlalu sibuk walau hanya tuk menelpon
Allah berada di sisimu
Saat kau telah mencoba segala sesuatu dan tak tahu harus berbuat apalagi
Allah memiliki jalan keluarnya
Ketika semuanya tak masuk akal & engkau merasa bingung dan frustasi
Allah telah berbisik kepadamu
Ketika semuanya berjalan lancar dan banyak yang harus engkau syukuri
Allah telah memberkahimu
Saat kegembiraan datang dan engkau merasa terpesona
Allah tersenyum kepadamu
Ketika kau punya cita2 dan mimpi untuk diwujudkan
Allah telah membuka matamu
Ingatlah dimanapun engkau berada & apapun yang kau hadapi
Allah tahu…
keep fighting !!!

Bom Syahidah Ketiga, Ayat Al Akrash Pelajar Teladan yang Memilih "Gaun Pengantin" Surga

1. Data Pribadi:

Nama : Ayat Al Akrash
Tempat/tgl lahir : Kamp Pengungsi el Duhaesah
Pekerjaaan : Pelajar SMA
Waktu Aksi : 29 Maret 2002
Korban : 3 tentara Israel tewas dan melukai sekitar 70 orang lainnya.
Organisasi : Brigade Al Aqsha, sayap militer Fatah

Suatu yang amat langka memang, jika senandung pengantin harus mengiringi kepergian seorang syahidah. Tapi itulah yang terjadi. Karena hari-hari ini seharusnya adalah hari persiapan Ayat Al Akrash, yang sudah dipersiapkan sejak satu setengah tahun lebih.

Ia, keluarganya dan pihak mempelai pria yang sesungguhnya telah menyepakati bahwa bulan Juli 2002 seharusnya menjadi hari perkawinannya. Ia akan berdiri sebagai pengantin layaknya para gadis di dunia ini� Salah satu yang sangat indah bagi setiap insan. Tetapi ternyata ada yang LEBIH indah bagi gadis sholihah Palestina ini. Yakni wewangian darah keabadian syuhada, lengkap dengan gaun pengantin surgawinya. Semua itu ia lakukan untuk mengembalikan hak dan izzah bangsa Palestina. Aksi bom syahidnya menewaskan tiga orang yahudi dan melukai puluhan orang lainnya.

2. Berlinang Air Matanya

Di sebuah rumah yang sangat sederhana di kamp pengungsian Dahsyiah, berlangsung ta�ziah dan belasungkawa atas syahidah Ayat Al Akrash. Dalam benak setiap pengunjung yang akan melakukan layaknya ta�ziah pastilah yang akan terdengar adalah suara isak tangis kepada seorang pengantin yang belum menyempurnakan hari resepsinya. Tetapi setiap pengunjung pada hari itu sungguh sangat terkejut ketika mendengar sayup-sayup suara nyanyian yang terdengar dari jarak ratusan meter dari rumah itu.

Sementara ibunda syahidah dengan penuh kesabaran dan kearifan menerima ucapan selamat dari para tamu yang dating mengucapkan selamat kepadanya. Ibunda syahidah Ayat menceritakan hari terakhir anaknya itu keluar dari rumah :
�Tidak seperti biasanya Ayat bangun sangat pagi sekali, tetapi nampaknya ia kurang tidur pada malamnya. Kemudian Ayat shalat shubuh dilanjutkan dengan membaca Al qur�an. Ayat-ayat jihad dibacanya berulang-ulang dengan nada bergetar. Sesekali ia terhenti, menahan isak tangis. Menjelang pukul 06.00 waktu Palestina, dia menulis sesuatu di meja belajar. Sejurus kemudian Ayat sudah berseragam dan bergegas menuju dapur untuk menemui ibundanya.
Ia meminta izin kepada saya akan pergi ke sekolah untuk mengikuti pelajaran yang tertinggal. Kemudian saya pegang tangannya, karena hari itu adalah hari Jum�at yang merupakan hari libur di seluruh sekolah negeri ini. Tetapi ia tetap meminta izin untuk pergi ke sekolah dan memberitahu saya bahwa hari Jum�at ini adalah hari yang terpenting dalam kehidupannya. Mendengar hal itu maka saya berdoa kepad Allah SWT agar membimbingnya dengan taufiq dan rahmatnya dan memberikan keridhoan kepada anak saya ini�. Belum lagi saya selesai membacakan doa, tiba-tiba saya lihat dari kedua matanya linangan air mata, seolah doa yang saya ucapkan itu menjadi tambahan motivasi dari seluruh cita-citanya, dan seolah kalimat yang meluncur secara tiba-tiba dari mulut sang ibunya itu menjadi motivasi untuk keberhasilannya. Kemudian ia memandang saya dengan sangat dalam dengan senyuman bahagia, sambil berkata: �doa inilah yang saya inginkan dari ibu.� Kemudian ia dengan tergesa-gesa keluar dari rumah ditemani adik kandungnya, Samah untuk pergi ke sekolah.

3. Firasat Seorang Ibu

Ketika melihat yang kembali dari �sekolah� hanyalah adiknya saja �Samah� pada jam 10.00 siang, detak jantung ibunda Ayat semakin kencang, ia mulai merasakan ada sesuatu yang akan terjadi, apalagi melihat kondisi keamanan di Palestina yang sangat gawat. Dimana tentara Israel mungkin saja menyerang kamp pengungsian tempat mereka tinggal selama ini. Ibunda Ayat tenggelam dalam jutaan dan lautan pertanyaan yang tidak berujung. Ibunda Ayat berusaha untuk menahan air mata dan tangisan, tetapi tidak bisa. Firasat dan pertanyaannya dalam hati: Mungkinkah anaknya telah melakukan aksi bom syahid seperti yang ia cita-citakan selama ini? Tetapi bagaimana caranya? Bagaimana mungkin itu ia bisa lakukan? Lalu kalau benar� bagaimana dengan nasib calon pengantin pria? Bagaimana dengan pakaian pengantin yang telah ia siapkan? Dan bagaiamana dengan cita-citanya untuk melanjutkan kuliahnya?

Ditengah gejolak pikirannya yang sangsi akan melakukan aksi bom syahid. Namun detak jantungnya semakin memburu, seolah membenarkan bahwa semuanya memang telah terjadi. Dan tiba-tiba ia mendengar suara dari televisi yang memberitakan telah terjadi aksi bom syahid di kota Netanya dilakukan oleh seorang gadis belia Palestina. Mendengar hal itu, maka ibunda Ayat sudah tidak mampu berkata-kata apa-apa kecuali air mata yang terus mengalir dari matanya yang semakin sembab. Ia kemudian berkata: �mendengar berita itu, saya jadi yakin bahwa Ayat telah pergi dan tidak akan pernah kembali lagi.�

Dengan melakukan aksi bom syahid menjelang hari pernikahannya maka Ayat telah menjadi sosok �pengantin syuhada Palestina�, ia telah rela meninggalkan dunia demi mencapai cita-citanya untuk membalaskan rasa sakit para syuhada tetangganya Isa Farh dan Said Ied yang syahid akibat gempuran meriam Israel terhadap rumah mereka berdua yang kebetulan berdampingan dengan rumahnya.

4. Ilmu dan Syahid Adalah Jembatan Surga

Syahidah Ayat Al Akrash lahir pada 20 Februari 1985. Ia anak ke empat dari tujuh saudara wanita dan tiga saudara laki-laki. Saat ini ia duduk di kelas 3 SMU dan ia dikenal dengan prestasinya yang sangat gemilang di sekolahnya. Pada tahun pelajaran ini saja, ia berhasil mendapatkan nilai �istimewa� dan menjadi juara umum di sekolahnya.

Walaupun ia tahu pasti waktu aksi peledakan bom syahid yang akan ia lakukan, tetapi ia masih tetap tekun menghapal dan mempelajari semua pelajaran sekolahnya. Bahkan pada malam terakhirnya, ia menghabiskan waktunya hanya untuk membaca seluruh pelajaran sekolahnya, kemudian ia pergi ke sekolah untuk mengikuti pelajaran terakhirnya. Hal ini ia lakukan untuk memberikan pelajaran khusus kepada teman-temannya tentang urgensinya ilmu pengetahuan.

Tentang jihad, Ayat selalu berkata, "Jihad itu kewajiban setiap Muslim. Termasuk wanita. Mengapa kita harus membiarkan nyawa kita terenggut sia-sia oleh kebiadaban zionis Israel." Kematian seorang mujahid, kata dia, akan membangkitkan keberanian mujahid-mujahid lain, bukan sebaliknya.

Teman sebangkunya Haifa � yang masih tetap tidak percaya dengan syahidnya Ayat � mengatakan bahwa memang Ayat selama ini selalu menasehati teman-temannya agar serius dalam belajar dan selalu berusaha untuk menyelesaikan masa pendidikan sampai perguruan tinggi walaupun kondisi keamanan tidak memungkinkan. Kata Haifa:
�Sejak seminggu yang lalu saya saksikan Ayat selalu mengumpulkan semua foto para syuhada di dalam laci meja belajarnya. Ia menuliskan banyak puisi tentang fadhilah mati syahid dan para syuhada. Tetapi saya sama sekali tidak menyangka bahwa Ayat berniat untuk mengikuti jejak mereka.�

Memang sejak meletusnya intifadhoh pertama ia selalu mengumpulkan setiap foto para syuhada. Selain itu ia juga sangat antusias untuk selalu mendapatkan nilai tertinggi dan menjadi juara di sekolahnya.�

5. Syahidnya Wafa Membangkitkan Obsesi Lama

Syahidah Ayat sangat rajin mengumpulkan foto-foto para syuhada. Tetapi kewanitaannya ia rasakan sebagai kendala penting dalam mencapai cita-citanya itu. Maka hari-harinya selalu dipenuhi oleh pikiran untuk menjadi pelaku aksi bom syahid, namun seperti mustahil untuk direalisasikannya. Tetapi ketika Wafa Idris sebagai pelaku pertama bom syahid wanita Palestina berhasil melakukan aksinya, maka hal itu menjadi peneguh kembali cita-citanya itu. Maka dengan segera ia �hancurkan� semua penghalang, baik dalam dirinya atau kendala eksternal berupa gangguan keamanan dari pihak tentara Israel yang selalu mengawasi setiap gerak gerik mencurigakan. Ia lalui semua itu dan akhirnya berhasil sampai pada salah satu Brigade Militer Pejuang Palestina. Di bawah Brigade Al Aqsha, ia kemudian dilatih pendidikan kemiliteran. Walaupun sebelumnya, ia pernah menolak untuk bergabung dengan organissai manapun termasuk dengan organisasi sekolah tempatnya belajar selama ini.

Menurut ibunya bahwa ternyata Ayat itu tidak pernah main-main dengan cita-cita yang sering ia ungkapkan kepada saudara-saudaranya. Dan untuk menggapai cita-cita mati syahidnya, ia sendiri yang menanggung biaya untuk mencari informasi organisasi apakah yang bisa membantunya untuk melakukan aksi bom syahid.

Rasanya masih tergiang di telinga ibunda Ayat perkataan anak tercintanya, �Untuk apa aku hidup, kalau kematian selalu mengancam kita dari segala arah? Maka aku harus menjemput kematian itu sebelum ia menjemputku dan aku harus membalas kematian saudara sebangsaku sebelum aku mati.�

6. Menyongsong Syahid dengan Wajah Berbinar

Adik kandungnya, Samah, siswi kelas 1 SMU, sekaligus teman karibnya yang selalu menjadi tempat �curhatnya� langsung pingsan ketika mendengar berita tenatang aksi bom syahid yang dilakukan oleh kakak kandungnya. Walaupun ia sesungguhnya sudah mengetahui banyak tentang rencana kakaknya itu untuk melakukan aksi bom syahid. Samah bercerita dengan air mata agak tertahan tentang saat-saat terakhir bersama kakaknya itu, ketika ia mengantarkannya ke sekolah tempat ia belajar :
�Aku melihat cahaya yang begitu bersinar di wajahnya. Ia tampak sangat gembira. Hatinya sangat berbunga-bunga. Saya tidak pernah melihat ia begitu gembira seperti pada waktu itu. Kemudian ia memberikan aku beberapa bungkus coklat sambil berkata kepada saya dengan suara yang penuh kasih sayang seorang kakak kepada adik yang dicintainya : �Sholatkanlah aku dan berdoalah untukku agar Allah memberikan taufiqnya kepadaku.� Saya kemudian bertanya sholat untuk apa? Maka ia menjawab dengan enteng: �hari ini kamu akan mendengar berita yang sangat menyenangkan. Karena hari ini adalah hari yang terindah dalam hidup saya yang sudah saya tunggu sekian lamanya. Apakah kamu mau menitip salam buat seseorang?�
Saya menjawab pertanyaan itu dengan setengah bercanda: �sampaikan salamku kepada As Syahid Mahmud Abu Hannud dan kepada As syahid Said.
Saya berkata begitu, karena saat itu saya yakin sekali kakak saya tidak akan berani melakuan aksi bom syahadah seperti yang sering ia bicarakan kepada saya.�

Samah berhenti sebentar untuk mengusap air matanya. Kemudian ia melanjutkan :
�Pandangan terakhir yang saya lihat darinya adaah bahwa pandangan itu tidak seperti biasanya dan bahkan sebuah pandangan yang tidak masuk akal, seolah ia ingin mengucapkan selamat tinggal kepada semua yang ada di sekitarnya. Tetapi saya lawan semua prasangka bahwa ia akan melakukan bom syahid. Karena keberanian seperti apa yang ia miliki untuk melakukan itu semua? Dan siapa yang akan melatihnya? Sementara ia sendiri menolak untuk bergabung dengan organisasi manapun termasuk dengan Organisasi Siswa Sekolah? Tetapi sekarang saya baru tahu semua itu telah terbantahkan dengan sendirinya.

Saya hanya akan mengatakan : �Selamat atas syahidnya kakak saya itu, saya berjanji akan berjalan di jalan mati syahid. Karena sesungguhnya kita semua merupakan bagian dari proyek mati syahid.�

7. Calon Suami: Saya Ingin Menyusul Ayat Secepat Mungkin

Syadi Abu Labin calon Ayat sangat terkejut dengan berita syahidnya tunangannya itu. Karena beberapa jam sebelumnya ia sempat berdiskusi tentang masa depannya untuk menghadapi masa hidup berumah tangga yang belum sempat terlaksana. Karena dalam rencanannya pernikahan itu baru akan berlangsung pada bulan Juli 2002 ini, setelah Ayat selesai dari ujian akhir SMU. Mereka berdua sesungguhnya telah melewati masa lamaran yang cukup lama sekitar satu tahun setengah mereka menunggu waktu yang sangat istimewa itu.

Sebelumnya dalam beberapa kali diskusi dan pembicaraan, Ayat menginginkan seorang anak wanita dan mengusulkannya agar anak mereka berdua nantinya diberi nama : Adi. Makanya ia tak menyangka kalau Ayat begitu cepat �pergi� menjadi salah satu pejuang istimewa Palestina.

Kejadian ini membuat sang calon pengantin pria merasa terlempar jauh dari impian keluarga idamannya yang akan ia bina bersama Ayat. Ayat kini telah menjadi mempelai wanita seluruh warga Palestina dan pejuang Islam sedunia.

Syadi mengenal Ayat dari saudara laki-lakinya. Kemudian ia melamarnya pada bulan September 2000. Kini tidak ada yang bisa ia ceritakan lagi, kecuali air matanya terus membasahi pipinya. Dengan terbata-bata dan linang air mata Syadi mengungkapkan kenangan manisnya:
� Kami merencanakan menikah setelah ujian sekolah selesai tahun ini. Tetapi rupanya Allah mempunyai rencana lain bagi kami berdua�. �Semoga kita berdua bertemu di surga� itulah kalimat terakhir dalam sebuah surat yang Ia (Ayat) tulis untuk saya terakhir kali.�

Kemudian Syadi termenung sejenak�.
�Ayat lebih saya cintai bahkan dari diri saya sendiri. Saya mengenalnya sebagai orang yang berjiwa tegar, motivasi tinggi, cerdas dan kreatif. Ia sangat mencintai bangsanya dan negerinya. Selalu ceria dalam hidupnya. Berangan-angan menjamin keamanan bagi seluruh anaknya, karena ia sangat khawatir dengan eksistensi Zionis Israel. Setiap kali berbicara tentang masa depan, ia akan akhiri dengan cita-citanya menjadi pelaku bom syahid. Selalu ia bayangkan korban yahudi yang berjatuhan sementara darah kami membasahi tanah yang akan mengalir ke surga. Waktu itu kami berjanji akan melakukan aksi bom syahid berdua bersama-sama.�

Kemudian Syadi termenung lagi. Dengan senyuman di wajahnya yang diselimuti rasa kesedihan. Ia berkata lagi :
�Dalam silaturahmi saya terkahir kali, ia memohon kepada saya agar tidak cepat-cepat pulang dan tetap berada di rumahnya. Setiap kali saya mau pulang, ia selalu melarang saya. Seolah ia mengucapkan kata perpisahan kepada saya. Atau dengan kata lain, ia mungkin ingin melihat benih-benih cinta kami ini melalui pandangan mata dan hati yang suci untuk tetap bersamanya sebagai pertemuan dan kebersamaannya dengan saya yang terakhir kali.�

Walaupun tampaknya ia berusaha untuk bersabar dengan kepergian Ayat, tetapi jelas sekali Syadi tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya.
�Saya selalu berharap bisa menemaninya dalam melakukan aksinya, kemudian kami mati syahid bersama. Tetapi sekarang ia telah mendahului saya, saya hanya bisa mengatakan�.selamat atas syahidnya, semoga Allah bisa memberikan jalan kepada saya untuk mengikuti jejaknya secepat mungkin�ya�.secepat mungkin�..� ucap pemuda Palestina yang baru saja meraih gelar sarjana muda hukum ini.

Ayat telah pergi dengan memilih gaun pengantin surgawi. Selamat jalan Ayat.

-dikutip dari www.hudzaifah.org-

Minggu, 22 Februari 2009

SURAT TERBUKA UNTUK MUJAHID/AH DA’WAH YANG SEDANG MENATA LANGKAH

Da’wah yang tenang..…
Namun lebih gemuruh dari angin topan yang menderu.
Da’wah yang rendah hati..
Namun, lebih perkasa dari keangkuhan gunung yang menjulang.
Da’wah yang terbatas……
Namun, lebih luas dari belahan Bumi seluruhnya.

Seluruh pujian hanya untuk Allah Penguasa alam semesta, shalawat dan salam yang paling utama dan paling sempurna kepada Uswatun Hasanah Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, seluruh sahabatnya, para penyeru al-Haq, dan para pemimpin kebaikan yang selalu berusaha menegakkan kalimatullah hingga hari kiamat, Amin…

Saudara-saudariku . . .
Tahukah engkau, bahwa Da’I adalah profesi para rasul dan Nabi? Sadarkah engkau, bahwa merekalah orang-orang yang beruntung? Maukah engkau masuk kedalam barisan dan mengusung Da’wah ini bersama mereka? Atau, hanya puas menyaksikan langkah barisan dalam? Karena dengan atau tanpa kita, barisan Da’wah ini akan terus melangkah hingga tegak kalimah-Nya.

“Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru keapda kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung “ (Qs 3:104)

Saudara-Saudariku sang mujahid/ah . . .
Harga sebuah kemenangan pastilah mahal, jalanpun akan penuh onak dan duri bahkan menimbulkan luka. Masih bersediakan engkau bergabung dalam barisan Da’wah ini?

Saudara-saudariku yang sedang menata langkah . . .
Hati boleh kecewa disaat kegagalan demi kegagalan Da’wah di lapangan. Tapi kitapun harus cerdas dan segera mengambil hikmah kenapa kita gagal? Belum ikhlaskah hati ini saat berjuang? Atau belum matangkah persiapan kita? Atau Allah belum menghendaki kemenangan kita?

Saudara-saudariku yang selalu rindu bertemu dengan-Nya . . .
Satu hal yang perlu diingat, ada satu tugas besar buat kita yang telah mengikrarkarkan diri sebagai seorang dai’yah, bahwa kita harus merubah diri terlebih dahulu sembari merubah orang lain, dari kejahiliyyahan yang menjadi paham, dari yang buruk menjadi yang baik. Disinilah kita dituntut untuk belajar sabar, sabar menunggu perubahan-perubahan yang akan terjadi dengan terlebih dahulu kita ikhtiar lewat kerja dan do’a.

Saudara-Saudariku fillah . . .
Jangan pernah merasa sendiri, karena Dia menyertai langkah-langkah kita. Dia malu menolak do’a dan permintaan-permintaan hamba-Nya. Dia senntiasa melihatmu dan mengawasimu. Masih merasa kurangkah kita? Dimanapun da’I ditebar dia kan hidup bersinar, merubah suasana yang gelap menjadi terang. Dia membawa rahmat bagi sekalian alam. Dia selalu bersama-Nya dengan Kalam-Nya. Sadarkah wahai saudara-saudariku… bahwa di tiap jengkal langkah kita akan selalu disertai ujian? Ujian yang merupakan wujud cinta Allah kepadamu yang akan membawamu menapaki anak tangga berikutnya menuju ketinggian maqom di sisi-Nya.

ketika kau futur

ketika kau futur
cobalah ingat saat-saat kau menangis tak berdaya
kau merasa demikian hina di hadapanNya
kau berjanji untuk mulai membenahi diri
meninggalkan semua maksiat yang melenakan diri

ketika kau futur
cobalah ingat ketika kau menjadi manusia yang amat
bersemangat
semua buku agama kau lahap
pengajian dan mabit jadi acara favoritmu
lagu-lagu nasyid kau dendangkan sepanjang hari
sapaan afwan syukran ane antum akhi dan ukhti kau
nobatkan jadi bahasa resmi
dan tak lupa dzikir dan namaNya selalu menyertai
detak jantungmu

ketika kau futur
cobalah ingat ketika kau mulai memboikot demikian
banyak acara teve
ketika kau mulai menjaga jarak dengan lawan jenis
ketika kau mulai ogah mengkonsumsi coca cola mcdi
dan teman-temannya
ketika kau mulai tak suka pakai celana jeans

ketika kau futur

cobalah ingat dari mana datangnya semua semangat itu
dari mana datangnya semua tangis haru yang selalu
menyertai langkahmu
dari mana datangnya sikap dan pendirian baru yang
membuatmu lahir lagi
menjadi manusia baru

ketika kau futur
kau mungkin menyadari bahwa banyak hal yang harus
kau benahi
mungkin kau mulai tahu bahwa celana jeans tak perlu
dimusuhi
dan kehadiran jenggot di dagumu bukanlah ukuran
untuk menunjukkan
ketakwaanmu
mungkin kau kini menjadi manusia yang lebih moderat
yang merasa demikian naif karena semangat jihadmu
yang menggebu-gebu
telah membuatmu melakukan banyak hal yang sebenarnya
tak perlu dilakukan
dan menghindari banyak hal yang sebenarnya tak perlu
dihindari

ketika kau futur
kau mungkin merasa perlu berbenah diri
mengisi lagi ruhanimu dengan tangis dan dzikir di
malam hari
mengisi lagi bathinmu dengan liqo mabit dan saling
mendoakan dengan
teman-temanmu

ketika kau futur

janganlah khawatir dan takut karena kau tidak sendiri
ada aku yang tak kalah khawatir dan takutnya dari
dirimu
aku ingin kita bergandengan tangan
kita raih lagi hidayah yang sempat membuat kita
terharu
hidayah yang membuat kita menyadari betapa Maha
Besarnya Cinta Allah pada
kita
hidayah yang nyaris pergi lagi meninggalkan kita

ketika kau dan aku futur

aku ingin kita kembali menyongsong cahaya Illahi
yang demikian indah

kau mau, bukan?




Jonru

sebuah koin penyok..

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu
arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi
finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi
rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi
kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.
Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah
karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki
itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa
perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan
pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya
terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.
"Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok, " gerutunya kecewa.
Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.
"Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno," kata teller itu
memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya
kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30
dollar.
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan
dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya
beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk
istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk
menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia
memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata
pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu.
Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu
itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki
itu.
Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya
dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu.
Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu
tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun
segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang
mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu
mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar
dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita
menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian
mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima.
Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat
itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas
uang itu, lalu kabur.
Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya
berkata, "Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh
perampok tadi?"

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah
koin penyok yang kutemukan tadi pagi".
Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam
dalam kepedihan yang berlebihan?


Kisah berikut, diadaptasi dari The Healing Stories karya GW Burns.